Nama ilmiah/Nama lokal | Klasifikasi | Deskripsi |
Pinus merkusii Jungh. & de Vriese Lokal: Pinus | Kingdom : Plantae Divisio : Tracheophyta Class : Pinopsida Ordo : Pinales Famili : Pinaceae Genus : Pinus Spesies : Pinus merkusii Jungh. & de Vriese | PENYEBARAN TANAMAN Pinus merkusii adalah spesies pinus asli Asia Tenggara dan dikenal dengan nama Pinus Sumatera, terletak di Indonesia, terutama di utara Sumatra (Aceh, Tapanuli, dan Kerinci). Indonesia termasuk dalam tiga besar negara untuk produksi resin P. merkusii. Spesies ini menghasilkan resin yang dapat digunakan sebagai bahan dalam pengobatan tradisional, diantaranya diyakini dapat mengobati gangguan kulit. Pinus juga berpotensi sebagai sumber alami antioksidan dan antipenuaan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pinus memiliki nilai terapeutik yang tinggi dan berpotensi sebagai obat di masa depan karena bioaktivitasnya. Pinus juga menghasilkan kayu pinus yang mengeluarkan aroma dan dapat dimanfaatkan sebagai aromaterapi dan wewangian (parfum). Selain itu, pinus telah digunakan sebagai sumber alami oleoresin dan bahan baku industri pulp dan kertas. Pinus merupakan spesies pionir, dan dapat menghuni berbagai habitat hutan dan sabana. Sering digunakan sebagai tanaman untuk rehabilitasi area yang terdegradasi karena toleransinya terhadap api dan kondisi tanah yang buruk, juga dapat digunakan sebagai sumber pewarna cokelat atau hijau dan tanaman hias. Pohon pinus telah diklasifikasikan sebagai tanaman yang ‘Rentan’ dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN (2013). AGROEKOLOGI Pinus merkusii merupakan tumbuhan tropis lembap yang ditemukan pada ketinggian dari permukaan laut sampai dengan 2.000 m dpl. Tumbuh di daerah di mana curah hujan tahunan rata-rata berada dalam kisaran 1.000 – 2.800 mm, kadang-kadang hingga 3.500 mm, dan suhu tahunan rata-rata adalah 21 – 28 °C dengan suhu maksimum rata-rata bulan terpanas 24-32 °C dan suhu minimum rata-rata bulan terdingin 18 – 24 °C. Spesies ini sangat membutuhkan cahaya untuk pertumbuhannya. Berkurangnya intensitas dan pendeknya waktu cahaya matahari yang diterima dapat menghambat pertumbuhan pohon. Mampu tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk tanah berpasir kering, tanah berkerikil, lempung tropis merah (latosol), tanah lempung, tanah aluvial dan ultisol masam pada batu pasir yang seringkali berdrainase buruk. Lebih suka pH dalam kisaran 4,5 – 5,5, menoleransi 4 – 6,5. Tanaman yang sudah mapan tahan terhadap kekeringan dan angin. MORFOLOGI Batang lurus dan silindris, dapat bebas dari cabang sepanjang 15 – 25 m, berwarna cokelat abu-abu, tebal dan pecah-pecah. Kayu teras berwarna cokelat kekuningan sampai oranye dengan urat merah tua dan banyak saluran resin, menjadi gelap jika terkena cahaya, teksturnya cukup kasar. Daun berwarna hijau, berbentuk seperti jarum, ramping tetapi kaku, dengan panjang 16-25 cm, dan berpasangan. Bunga berbentuk tabung (strobilus) yang tumbuh tunggal atau berpasangan, dengan panjang 5-11 cm. Biji kecil, bersayap tipis, bulat telur, dan mudah gugur. BUDIDAYA Perbanyakan tanaman melalui biji dan stek batang. Perbanyakan dengan kultur jaringan juga dimungkinkan.Benih berkecambah dalam 8 – 21 hari. Setelah sekitar 8 bulan, bibit yang ditanam di persemaian, dengan tinggi tanaman kira-kira 20 – 25 cm, siap ditanam di lapangan.Panen resin dapat dimulai sekitar 15 tahun setelah ditanam. KANDUNGAN BAHAN KIMIA Senyawa alelopati terpenoid (monoterpene ɑ-pinene dan β-pinene), flavonoid (pinocembrin), fenol, alkaloid, tanin, saponin, triterpenoid, steroid KHASIAT Mengobati sakit kulit (kudis, eksim, gatal-gatal, luka, koreng, bisul), penyakit pada selaput lendir dan keluhan pernapasan (batuk, pilek, influenza dan TBC), mengatasi stres, meredakan nyeri otot, mengatasi keluhan ginjal dan kandung kemih (aplikasi internal), rematik (gosok dan mandi uap). Memiliki beberapa aktivitas biologis sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan anti jamur. |